Rabu, 03 Juli 2013

Renungan #2 (Harga Waktu Ayah)



Sebuah renungan yang inspiratif banget, jadi teringat ma ayah saya sendiri.. :'((
Langsung ajj dehh..
Ini dia ceritanya... ^^

Andre, seorang anak yang selalu menanti kepulangan ayahnya dari kantor untuk sekedar mengajaknya bermain. Suatu sore, sepulang kerja, sang ayah ditanya oleh Andre, "Ayah, ayah kerja di kantor dibayar berapa sih sebulan?"
Sembari mengernyitkan dahi si ayah menjawab, "Ya, sekitar Rp. 2.500.000,00!"
"Kalau sehari berarti berapa ya??" sela Andre.
Ayah mulai bingung, "Rp. 100.000,00, ada apa sih, kok  tanya gaji segala!"
Akan tetapi, Andre tetap bertanya lagi, "Kalau setengah hari berarti Rp. 50.000,00 dong?"
"Iya, memangnya kenapa?" sahut ayah mulai jengkel.
Si anak dengan mantap mengajukan permohonan, " Gini Yah! Tolong tambahin  dong tabungan Andre,
Rp. 5.000,00 saja. Soalnya Andre udah punya tabungan Rp.45.000,00. Rencananya Andre mau membeli Ayah setengah hari saja supaya kita bisa pergi memancing bersama!"
                                                               
                                                                        ***

Bill Havens, seorang pendayung hebat yang berskala internasional ketika dalam masa karantina untuk persiapan piala dunia mendayung menerima teleks yang mengatakan bahwa istrinya kemungkinan dalam 2-3 hari lagi akan melahirkan. Setelah menerima kabar,  Bill  memilih dan memutuskan berangkat ke kota asalnya dan berpamitan untuk tidak mengikuti kejuaraan dunia yang telah dipersiapkan baginya. Ia memutuskan untuk menunggui istrinya yang akan melahirkan ketika itu.. Pada 1952, Bill Havens mendapat telegram dari putranya, Frank, yang baru saja memenangkan medali emas dalam final kano 10.000 meter pada Olimpiadi di Helsinki, Finlandia. Telegram tersebut berbunyi, "Ayah, terima kasih karena telah menunggui kelahiran saya. Saya akan membawa pulang medali emas yang seharusnya Ayah menangkan beberrapa tahun yang lalu... Anakmu, Frank."

Satu hal yang sering menjadi kendala kita sebagai ayah dalam membangun tatanan keluarga yang tangguh dan harmonis adalah si pencuri waktu. Urusan kantor, bisnis sampingan, kegemaran pribadi acapkali menjadi musuh dalam selimut yang seringkali secara tidak langsung merongrong kesempatan emas yang kita miliki untuk bercengkrama dengan anak. Dalih yang biasa digunakan oleh  si pencuri waktu ini sendiri adalah  demi masa depan keluarga, loyalitas kerja, atau untuk membiarkan asap dapur untuk tetap ngebul.

Ketika anak masih kecil, sebagai orang tua (Ayah) jarang mendengarkan mereka. Setelah mereka besar, mereka pun akan jarang mendengarkan orang tuanya. Inilah awal mulanya terkenal istilah kenakalan remaja, yang secara tidak sadar dikontribusikan terlebih dahulu oleh kenakalan orang tuanya, yang telah berselingkuh dengan Si Pencuri Waktu.

Benar-benar terharu baca cerita ini. renungan banget buat para Ayah diluar sana. Juga para Calon Ayah yang akan mempunyai anak di kemudian hari.
Gak terasa,, udah netes ajj air mata ini.. :'(


Dikutip dari buku Setengah Isi Setengah Kosong.
karya Parlindungan Marpaung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar